Komoditas
jagung mempunyai kegunaan yang sangat strategis, baik dalam sistem ketahanan
pangan maupun perannya sebagai penggerak roda ekonomi nasional. Jagung
digunakan bahan sebagai pangan, pakan dan bahan bakar alternatif (biofuel).
Permintaan jagung baik untuk industri pangan, pakan, dan kebutuhan industri
lainnya dalam lima tahun ke depan diproyeksikan akan terus meningkat seiring
dengan terus bertambahnya jumlah penduduk. Menurut Kementerian Pertanian diperkirakan
kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak, konsumsi langsung, bahan baku
industri dan kebutuhan untuk benih akan mencapai lebih kurang 22 juta ton. Swasembada
jagung merupakan keniscayaan, untuk mewujudkan swasembada jagung dapat
dilakukan dengan peningkatan produktivitas dengan pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT), yaitu pengelolaan berkaitan dengan pengelolaan lahan,
air, tanaman, organisme penganggu tanaman dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya
peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan.
Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan
manipulasi mekanik terhadap tanah. Pengolahan tanah merupakan tindakan yang
penting untuk menciptakan kondisi media perakaran yang mampu mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal. Tanah berfungsi sebagai wahana (media)
dimana air, udara,hara dan energi ditranslokasikan ke biji dan tanaman itu
sendiri, oleh karena itu sifat-sifat tanah yang mempengaruhi penyimpanan dan
translokasi parameter tersebut memainkan peran sangat penting.
Perlu
diingat bahwa tanaman tidak memberikan tanggapan langsung kepada alat yang
digunakan dalam mengolah tanah, tetapi lebih pada kondisi tanah yang dihasilkan dari pengolahan tanah
tersebut. Perlu atau tidaknya tanah diolah tergantung tekstur tanah (ringan, sedang, berat).
Tanah bertekstur berat umumnya ditandai dengan kandungan lempungnya yang lebih tinggi daripada
kandungan pasir dan debunya. Tanah bertekstur ringan umumnya ditandai dengan
kandungan pasir lebih tinggi dari kandungan lembung dan debunya, sedangkan
tanah bertekstur sedang ditandai dengan lempung,pasir dan debunya seimbang.
Sistem
Pengolahan Tanah
Penyiapan lahan untuk budidaya
tanaman jagung dimulai dengan pembersihan gulma yang tumbuh. Pengolahan tanah
diperlukan untuk menghasilkan lingkungan fisik tanah yang kondusif bagi
pertumbuhan tanaman. Dalam penyiapan lahan untuk penanaman jagung dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain yaitu Pengolahan Tanah Konvensional atau yang biasa disebut Olah Tanah Sempurna
(OTS), dan Pengolahan Tanah Konservasi.
1. Pengolahan Tanah Konvensional
Pengolahan tanah secara
konvensional atau pengolahan tanah sempurna
sebaiknya dilakukan setelah hujan mulai turun dengan mempertimbangkan
kondisi lengas tanah yang sesuai untuk pengolahan tanah atau dapat juga
dilakukan sebelum hujan turun, dengan tahapan sebagai berikut:
·
Pembersihan
lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup
banyak dapat digunakan
sebagai mulsa. Pembersihan gulm dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida.
· Pencangkulan dilakukan dengan cara
membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk
memperbaiki aerasi. Kedalaman olah
tanah 15-20
cm, dan diratakan.
Tanah bertekstur berat memerlukan pengolahan lebih dari satu kali. Pertama-tama tanah
dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
·
Pengolahan
tanah secara konvensional dengan melakukan pembalikan tanah dan pemecahan
bongkahan tanah/penggemburan agar diperoleh tanah yang gembur untuk aerasi,
tanah yang akan ditanami diolah dengan menggunakan bajak singkal dan rotari.
·
Pada
lahan yang mempunyai drainase jelek, setiap 3 meter dibuat
saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan
kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
·
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah
harus dikapur untuk meningkatkan pH tanah. Jumlah kapur yang
diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian
dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman,
sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim
tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman. Jika tidak tersedia kapur dalam jumlah yang cukup,
dapat digunakan kotoran ayam petelur yang sudah masak (telah terdekomposisi)
·
Pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali
pada pengolahan pertama tanah dicangkul/dibajak dan dibalik sehingga sisa-sisa
tanaman terbenam dan selanjutnya mengalami proses pembusukan. Pengolahan tanah
kedua dilakukan satu minggu setelah pengolahan tanah pertama dengan garu/sisir
serta perataan sehingga lahan siap ditanami.
Keuntungan pengolahan tanah
secara konvensional diantaranya adalah memperbaiki aerasi tanah, mengendalikan
gulma, memutus siklus hidup hama, dan memudahkan aktivitas budidaya lainnya.
Pengolahan tanah secara konvensional juga mempunyai kelemahan diantaranya
merusak struktur lapisan tanah, meningkatkan peluang erosi dan penguapan lengas
tanah dan membutuhkan tenaga kerja yang
lebih banyak.
2. Pengolahan Tanah Konservasi
Strategi penyiapan lahan yang
kini banyak menarik perhatian adalah penerapan pengurangan pengolahan tanah
atau Olah tanah konservasi (OTK). OTK dapat diartikan sebagai tindakan
pengurangan pengolahan tanah dan disertai dengan penggunaan mulsa.
Olah tanah konservasi adalah
penyiapan lahan yang menyisakan sisa tanaman di atas permukaan tanah sebagai
mulsa dengan tujuan untuk mengurangi erosi dan penguapan air dari permukaan
tanah. (Utomo, 1995) mendifinisikan olah tanah konservasi sebagai suatu cara
pengolahan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat
tumbuh dan berproduksi optimum, namum tetap memperhatikan aspek konservasi
tanah dan air.
Olah tanah konservasi dicirikan
oleh berkurangnya pembongkaran/pembalikan tanah, penggunaan sisa tanaman
sebagai mulsa dan kadang-kadang dengan penggunaan herbisida untuk menekan
pertumbuhan gulma atau tanaman penggangu lainnya; kelebihan sistem olah tanah
konservasi dalam penyiapan lahan adalah sebagai berikut :
a.
Menghemat tenaga dan waktu
b.
Meningkatkan kandungan bahan organik tanah
c.
Meningkatkan ketersediaan air dalam tanah
d.
Memperbaiki kegemburan tanah dan meningkatkan
porositas tanah
e.
Mengurangi erosi tanah
f.
Memperbaiki kualitas air
g.
Meningkatkan kandungan fauna tanah
h.
Mengurangi penggunaan alsintan seperti traktor
i.
Menghemat penggunaan bahan bakar
j.
Memperbaiki kualitas udara
Keberhasilan olah tanah
konservasi mengurangi erosi dan penguapan air dimungkinkan oleh :
a.
keberadaan sisa tanaman dalam jumlah memadai di
permukaan tanah;
b.
kondisi tanah yang kasar (rough), sarang (porous),
berbongkah (cloddy), bergulud (bridget); atau
c.
kombinasi dari keduanya. Sehingga nampak jelas
keefektifan OTK ditentukan oleh penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa
dipermukaan tanah.
Kelemahan dari pengolahan tanah
konservasi adalah kemungkinan populasi hama meningkat, bahan organik
terkonsentrasi pada lapisan atas tanah dan membutuhkan waktu yang lama untuk
meningkatkan kesuburan tanah.
Pengolahan tanah secara
konservasi terdiari atas beberapa macam, diantaranya adalah :
a. Olah Tanah Minimum (OTM).
OTM adalah cara penanaman yang
dilakukan dengan mengurangi frekuensi pengolahan. Pengolahan tanah dilakukan
sekali dalam setahun atau sekali dalam 2 tahun tergantung pada tingkat
kepadatan tanahnya, dan sisa tanaman disebarkan seluruhnya diatas permukaan
tanah sebagai mulsa setelah pengolahan tanah.
Pada tanah-tanah yang cepat
memadat seperti pada tanah yang bertekstur berat, pengolahan tanah dapat
dilakukan dalam sekali setahun; sedangkan pada tanah-tanah yang bertekstur
sedang dapat dilakukan sekali dalam 2 tahun.
b. Olah Tanah Strip (strip tillage)
Olah Tanah Strip (OTS) adalah
cara pengolahan tanah yang dilakukan hanya pada strip-strip atau alur-alur yang
akan ditanami, biasanya strip-strip tersebut dibuat mengikuti kontur. Bagian
lahan diantara 2 strip tidak terganggu/diolah.
Sisa tanaman disebar sebagai
mulsa diantara 2 strip dan menyisakan zona sekitar strip tanpa adanya mulsa.
c. Tanpa Olah Tanah (TOT)
TOT adalah cara penanaman yang
tidak memerlukan pengolahan tanah, kecuali membuka lubang kecil untuk
meletakkan benih.
Di negara-negara maju, peletakan
benih dilakukan dengan menggunakan alat berat berupa planter yang dilengkapi dengan disk-opener, sedang di negara-negara
berkembang seperti Indonesia pada umumnya masih menggunakan tongkat kayu yang
diruncingkan bagian bawahnya (tugal).
TOT biasanya dicirikan dengan
sangat sedikitnya gangguan terhadap permukaan tanah kecuali lubang kecil untuk
meletakkan benih dan adanya sisa tanaman sebagai mulsa yang menutupi sebagian
besar (60 – 80 %) permukaan lahan.
Budidaya jagung dengan teknik
penyiapan lahan Tanpa Olah Tanah (TOT) dapat berhasil baik pada tanah
bertekstur ringan sampai sedang dan ditunjang oleh drainase yang baik
(Lopez-Belido et al., 1996). Pada
tanah bertekstur ringan dan sedang penyiapan lahan dengan sistem TOT dan gulma
disemprot dengan herbisida dengan dosis sesuai anjuran. Keunggulan teknik TOT
adalah mengurangi biaya untuk mempercepat pengolahan tanah dan pengairan.
Selain itu dapat juga memajukan waktu tanam, mengurangi erosi dan meningkatkan
kandungan air tanah (FAO, 2000).
Tanpa Olah Tanah adalah cara
penanaman yang tidak memerlukan penyiapan lahan, kecuali membuka lobang kecil
untuk meletakkan benih. Di Negara maju peletakan benih menggunkan alat berupa
planter yang dilengkapi dengan disk opener, sedangkan di Negara-negara
berkembang seperti Indonesia umumnya masih menggunakan tongkat kayu yang
diruncingkan bagian bawahnya (tugal). Tanpa Olah Tanah biasanya dicirikan oleh
sangat sedikitnya gangguan terhadap permukaan tanah, kecuali lobang kecl untuk
peletakkan benih dan adaanya penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa yang mentupi
sebagian besar permukaan tanah
Pada lahan yang ditanami jagung
2 kali setahun, penanaman pada musim penghujan tanah diolah sempurna dan pada
musim tanam berikutnya penanaman dapat dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk
mempercepat waktu tanam.
Tujuan
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk :
1. Untuk
mencampur dan menggemburkan tanah.
Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya
sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis
alat pengolahan lapisan bawah tanah yang digunakan. Penggunaan cangkul
misalnya, relatif tidak akan banyak terjadinya pemadatan lapisan bawah tanah.
2. Mengontrol
tanaman pengganggu dan hama lainnya
Dengan mengadakan pengolahan tanah terutama pengolahan
tanah sempurna akan dapat menghilangkan tanaman pengganggu dan begitu juga
dapat memutus siklus hidup OPT yang merugikan tanaman jagung.
3. Mencampur
sisa tanaman dengan tanah.
Dengan melakukan pengolahan tanah, sisa-sisa tanaman
bercampur dengan bongkahan-bongkahan kecil dari tanah yang diolah
4. Menciptakan
kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar
Kepadatan tanah akan mempengaruhi pertumbuhan akar
tanaman, dengan adanya pengolahan tanah akan meningkatkan porositas tanah dan
sifat-sifat hidrolik tanah sehingga mempermudah penetrasi akar dalam menyerap
unsur hara di dalam tanah. (Rahman et
al., 2004) menyebutkan bahwa hantaran hidrolik tanah berbanding lurus
dengan pori berukuran makro, yang berarti bahwa hantaran hidrolik tanah
meningkat dengan makin besarnya volume pori tanah.
5.
Mendorong aktifitas
mikroorganisme tanah, dan membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
Pengolahan tanah memacu
aktivitas mikroba yang ditandai oleh meningkatnya jumlah populasi dan aktifitas
respirasi. Simulasi ini terjadi karena terganggunya agregat tanah dan
tereksposnya bahan-bahan cepat lapuk (degradable material). Menurut Elliott
(1986) agregat tanah makro merupakan tempat paling aktif terjadinya proses
mineralisasi (perubahan elemen organik menjadi anorganik). Pembalikan tanah dan
penghancuran bahan-bahan organik menciptakan zona aktivitas mikroba intensif di
lapisan olah.
Lebih jauh Pankhurst dan Lynch
(1983) mengemukakan bahwa gangguan tanah akibat pengolahan akan memacu
perkembangan mikroba aerobic (biasanya bakteri) yang memiliki metabolisme
tinggi ini mengakibatkan berkembangnya fauna pemakan bakteri (protozoa dan
nematode) di tanah-tanah pertanian, sehingga dekomposisi bahan organik dan sisa
tanaman dan menetralisasi hara meningkat pesat. Sebaliknya pada OTK residu
tanaman terlokalisir di permukaan tanah ini meningkatkan pertumbuhan jamur dan
immobilisasi hara (perubahan/konversi elemen anorganik menjadi organik).
Meningkatnya populasi jamur akan memicu perkembangan fauna pemakan jamur
(nematoda, polenbola, dan cacing tanah). Dengan demikian pada TOT dekomposisi
dan mineralisasi bahan organik dan sisa tanaman berlangsung lambat.
Waktu
Pengolahan Tanah
Waktu pengolahan tanah yang baik minimal satu minggu sebelum tanam.
Penyiapan lahan dilakukan setelah panen padi baik tanpa pengolahan maupun
dengan pengolahan tanah. Tanpa pengolahan tanah dapat dilakukan utamanya pada
tanah yang mempunyai tekstur ringan. Penyiapan lahan tanpa pengolahan tanah
dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dari sisa –sisa jerami padi dan jika
dinilai keberadaan gulma juga dapat mengganggu saat pertumbuhan awal tanaman
maka dapat dilakukan penyemprotan dengan herbisida saat satu minggu sebelum
waktu tanam yang ditentukan. Penyiapan lahan dengan sistem tanah olah sempurna
dapat dilakukan 2 minggu atau 1 minggu sebelum tanam.
Demikian
teknik pengolahan lahan untuk tanaman jagung, semoga bermanfaat.
Sumber: bahan ajar diklat jagung